Bukan berita baru bahwa belum lama ini Datsun Go hatchback gagal dalam tes Global NCAP bersama beberapa mobil lain termasuk Suzuki Swift yang beredar di India. Beberapa orang menilai bahwa kegagalan ini disebabkan oleh ketiadaan airbag pada Datsun Go. Namun ternyata masalahnya tidak sesederhana itu.
Datsun Go di Indonesia sendiri dianggap paling minim fitur karena tak dibekali dengan airbag maupun ABS+EDB. Sementara beberapa kompetitor sesama produsen LCGC sudah menawarkan airbag sebagai kelengkapan standar. Tanpa banyak bertanya konsumen langsung beranggapan bahwa LCGC yang menggunakan airbag sudah pasti lebih nyaman. Benarkah demikian?
Sekjen Global NCAP, David Ward menyebut bahwa solusinya tidak sesederhana itu. Menurutnya mobil-mobil seperti Datsun Go memiliki struktur bodi yang terlalu tipis, sehingga sekalipun dipasangi airbag manfaatnya nyaris tidak ada. Padahal sebagaimana diketahui bahwa struktur bodi Datsun Go tak banyak berbeda dibanding LCGC lainnya. Dirinya bahkan menyayangkan mengapa merek-merek besar seperti Nissan dan sebagainya bisa merilis sebuah mobil dengan kekuatan struktur bodi yang sama sekali tidak memenuhi syarat.
Meski dalam kasus ini Datsun Go yang menjadi topik pembahasan namun bukan berarti pemilik LCGC merek lain bisa bertenang diri. Pasalnya sampai hari ini diantara semua LCGC yang ada memang baru Datsun Go yang mengikuti uji Global NCAP. Padahal merek-merek lain pun notabene memiliki kualitas serta kekuatan struktur bodi yang tak beda jauh dari Datsun Go. Jika sudah begini apakah memilih LCGC yang dilengkapi airbag ada manfaatnya?
LCGC sekalipun merupakan angin segar bagi sebagian besar masyarakat Indonesia yang semula merupakan konsumen roda dua dan mobil bekas namun mestinya kebijakan ini dikaji ulang. Selama ini fokus kritikan hanya berputar soal kemacetan, sedikit sekali yang mengkritisi standar keselamatan LCGC. Pemerintah sendiri kala melahirkan kebijakan ini kentara sekali tidak memikirkan faktor keselamatan para pembayar pajak. Sebab bukan saja airbag dan ABS tidak dipersyaratkan pada mobil LCGC namun bahkan kekuatan serta desain struktur bodi mobil pun tidak dipikirkan.
Pabrikan di pihak lain sekedar melihat kebijakan LCGC sebagai kesempatan untuk menggarap segmen yang selama ini tidak tampak menarik untuk digarap. Karenanya tak heran jika kemudian perangkat keselamatan ditawarkan sebagai sebuah nilai tambah yang membuat mereka bisa menaikkan harga, terlepas efektif atau tidaknya fitur-fitur tersebut disematkan pada sebuah mobil dengan kualitas struktur bodi yang desain serta kekuatannya meragukan.
Dilematis memang, pada satu sisi masyarakat membutuhkan sarana transportasi yang hemat sekaligus layak, sudah barang tentu transportasi publik di Indonesia bukan jawabannya. Sementara pada pihak lain pemerintah tampak bersikap asal kala melahirkan kebijakan LCGC, ditambah lagi dengan pabrikan yang sekedar melihat kebijakan tersebut sebagai peluang menambah pundi-pundi.
Mirisnya, seolah masih belum cukup semua keraguan yang ada, minoritas pemilik LCGC pun tak jarang dengan pongah menyombongkan mobilnya yang sanggup berlari di atas 60 km/jam bahkan kadang di atas 100 km/jam tanpa memikirkan kelayakan mobil itu sendiri. Tidak salah mungkin jika ada mereka yang setengah bercanda bahwa kebijakan LCGC adalah solusi pemerintah atas kegagalan pencanangan program Keluarga Berencana. Lucu dan tragis, namun masuk akal.
Berita lain seputar kegagalan Datsun Go di Global NCAP bisa dibaca di sini
Sumber: Motoring
Berita lain seputar kegagalan Datsun Go di Global NCAP bisa dibaca di sini
Sumber: Motoring