Datsun Go Panca dirilis oleh pabrikan yang namanya kembali muncul setelah mati suri sebagai mobil kedua Datsun di Indonesia. Sebelumnya perusahaan yang sama telah merilis Datsun Go+ Panca dengan konfigurasi bangku 5+2 yang menjadi satu-satunya MPV di kelas LCGC. Akankah Datsun Go hatchback ini menuai sukses yang sama?
Jujur saja kunci sukses Datsun Go+ Panca pertama-tama adalah berkat kejelian Datsun menghadirkan mobil dengan kapasitas lebih besar dibanding LCGC merek lain. Kapasitas muat yang besar merupakan nilai penting bagi calon konsumen di tanah air. Sedangkan faktor kedua adalah program-program kepemilikan mobil yang dirancang sedemikian rupa oleh Datsun bersama beberapa rekanan untuk mempermudah target market mobil ini mewujudkan impiannya.
Kombinasi dua resep tersebut terbukti membawa Datsun Go+ Panca menjadi salah satu LCGC paling diincar sejak resmi dirilis beberapa bulan lalu. Bahkan calon konsumen pun dengan sabar rela menanti proses inden yang tidak bisa dibilang singkat meski masih belum menyamai rekor inden Toyota Avanza dan Daihatsu Xenia ketika pertama kali dirilis beberapa tahun silam.
Lantas ketika beberapa waktu lalu pabrikan yang sama mengumumkan niatnya menghadirkan Datsun Go Panca hatchback di Indonesia keraguan pun muncul. Sebab selain memberi opsi yang makin beragam bagi calon konsumen LCGC sejujurnya tak ada keunggulan lain yang diusungnya dibanding merek lain sebut saja Honda Brio Satya, Toyota Agya dan Daihatsu Ayla serta Suzuki Karimun Wagon R.
Suzuki Karimun Wagon R unggul karena meski pada dasarnya tetap sebuah mobil hatchback namun posisi dudukannya yang tinggi menyerupai MPV adalah faktor plus tersendiri terutama bagi pengemudi. Sementara Dauhatsu Ayla dan Toyota Agya unggul karena jaringan service yang tersebar luas hampir di setiap kota. Bahkan soal kelengkapan fitur Toyota Agya masih yang terbaik dibanding LCGC lainnya meski banderolnya juga lebih mahal.
Pertanyaannya adalah apa yang menjadi pertimbangan Datsun Indonesia ketika pada akhirnya memutuskan untuk merilis Datsun Go Panca versi hatchback ini?
Datsun Go hatchback sendiri di India sebenarnya justru dirilis lebih awal daripada Datsun Go+ Panca 5+2 di Indonesia. Di negara tersebut Datsun Go meraih kesuksesan yang cukup menjanjikan, mungkin kemiripan karakter konsumen antara Indonesia dan India menjadi latar belakang kepercayaan diri Datsun Indonesia mendatangkan versi hatchback ini.
Desain Datsun Go Panca hatchback sendiri dalam banyak hal mirip dengan versi MPV-nya. Kecuali pada bagian belakang serta tinggi yang tentu saja dibuat lebih rendah dibanding Datsun Go+ Panca. Dengan panjang 3.785 mm dan lebar 1.635 mm sebenarnya dimensi Datsun Go Panca hatchback lebih besar dari rata-rata hatchback kelas A.
Gaya desain minimalis di sektor interior Datsun Go MPV masih dipertahankan pada versi hatchbacknya. Terus terang tak ada keistimewaan atau kesan positif yang muncul pada pandangan pertama ketika masuk ke dalam kabin dan menyaksikan interior Datsun Go Panca hatchback ini. Finishing-nya sendiri rapi, bahkan jauh lebih rapi dibandingkan dasboard Honda Mobilio (kecuali Honda Mobilio RS) ataupun Honda All-new Jazz yang notabene harganya jauh lebih mahal. Namun sebenarnya Datsun bisa mengupayakan agar desainnya tidak berkesan terlalu minimalis sehingga lebih enak dipandang.
Beberapa hal seperti penempatan tuas transmisi serta rem tangan model tarik mungkin membuat calon konsumen mengernyitkan dahi. Namun harus diakui bahwa siapapun yang pernah menjajal langsung mobil murah Datsun ini seketika menyadari bahwa desain dan penempatan kedua bagian tersebut sangat ergonomis dan praktis. Sayang lagi-lagi dem menghemat biaya produksi tuas rem tangannya terasa sangat ringkih.
Kelemahan utama Datsun Go Panca hatchback yang juga adalah kelemahan Datsun Go+ Panca 5+2 adalah suara pintu yang bak kaleng sardin ketika ditutup. Jujur saja banyak orang dibuat heran dengan fakta bahwa Datsun membiarkan kondisi ini terjadi. Mungkin tidak secara langsung berhubungan dengan kualitas material mobil Datsun itu sendiri, namun pastinya banyak konsumen yang mengurungkan niatnya hanya gara-gara kurang sreg dengan suara pintu Datsun Go. Di sinilah terlihat bahwa marketing Datsun (bukan selling, tapi marketing!) tidak melakukan riset pasar sungguh-sungguh sehingga melewatkan persepsi kualitas non teknis yang muncul di benak calon konsumen.
Datsun Go Panca hatchback sendiri seperti sudah disebutkan memiliki dimensi yang di atas rata-rata mobil hatchback kelas A, karenanya di bangku baris kedua tiga penumpang dewasa berukuran tubuh normal bisa diangkut dengan relatif nyaman. Tentu nyaman di sini adalah untuk ukuran mobil di kelasnya.
Sementara untuk dapur pacu masih tetap mengandalkan mesin yang sama yaitu mesin berkapasitas 1.2 liter tiga silinder yang memuntahkan daya maksimum 68,9 PS dan torsi 104 Nm. Untuk kondisi dalam kota dan sebagai kendaraan harian performa mesin Datsun Go Panca hatchback sudah terbukti mumpuni.
Performa handling-nya pun cukup mengejutkan untuk sebuah mobil yang harganya ada di kisaran Rp 100 juta-an. Hingga kini setidaknya keluarga Datsun Go adalah yang terbaik di antara LCGC lainnya ketika bicara soal kualitas handling. Bahkan ketika dipacu dengan kecepatan sedang di jalan tol pun ternyata keraguan terhadap stabilitas mobil ini seketika lenyap. Dan karena dimensinya lebih pendek dibanding Datsun Go+ Panca (5+2) maka gejala limbung jauh lebih minim pada versi hatchback ini.
Walau demikian penggunaan ukuran ban standar yang terlampau kecil cukup berpengaruh terhadap stabilitasnya, karenanya akan lebih baik jika pemilik menggantikan dengan ban berukuran lebih besar dari standarnya. Alasan Datsun menempatkan ban berukuran kecil yang bukan hanyak mengurangi stabilitas dan menjadikan tampilannya kurang proporsional tampaknya murni alasan biaya produksi dan keiritan bahan bakar.
Dengan segala kelebihan dan kelemahan Datsun Go Panca hatchback rasa-rasanya layak diapresiasi karena memberi alternatif pilihan yang lebih luas kepada calon konsumen mobil LCGC. Namun pertanyaannya apakah dengan berbagai keunggulan itu cukup bagi Datsun Go Panca hatchback bersaing dengan LCGC lainnya? Lebih-lebih jaringan bengkel resmi Datsun yang saat ini masih menyatu dengan induknya yaitu Nissan sangatlah terbatas lebih-lebih dibandingkan Honda, Toyota dan Daihatsu.
Pada akhirnya semua akan kembali pada selera, pertimbangan dan preferensi calon konsumen. Pastinya Datsun pun sudah menyadari akan hal ini dan tidak akan berharap penjualan Datsun Go Panca hatchback bakal menyamai lebih-lebih mengungguli penjualan tipe MPV-nya.
Bagaimanapun faktanya banyak calon konsumen yang sebenarnya lebih tertarik memiliki Datsun Go Panca hatchback ketimbang Honda Brio Satya, Toyota Ayla atau Daihatsu Agya, sayangnya jaringan bengkel resmi Nissan yang belum menjaring daerah-daerah membuat mereka mengurungkan keinginannya dan berpindah ke merek lain. Sebuah PR panjang bagi Datsun Indonesia jika benar-benar ingin menjadikan mobil buatan mereka sebagai mobil rakyat. Sebab syarat mobil rakyat bukan semata-mata harga yang murah namun juga ketersediaan bengkel resmi berikut suku cadang yang mudah didapat hingga ke kota-kota di setiap daerah.