Namun nama besar GT-R sendiri merupakan hasil dari perjalanan panjang berpuluh-puluh tahun sebelum Ghosn yang ditunjuk sebagai CEO pertama dengan kewarganegaraan non-Jepang memprakarsai kelahiran sang Mecha Godzilla.
Adalah Hiroshi Tamura yang adalah Chief Product Specialist di Nismo yang mengungkapkan bahwa kecintaannya dan penjiwaannya terhadap Nissan GT-R yang sebelum era R35 disebut juga sebagai Nissan Skyline berawal dari pengalamannya duduk di tribun penonton sirkuit Fuji Speedway pada tahun 1972. Di era tersebut generasi pertama dari Nissan Skyline (PGC-10) yang kini akrab disebut sebagai “Hakosuka” beradu cepat dengan mobil andalan salah satu perusahaan kebanggan bangsa Jerman yaitu Porsche yang di era itu popularitasnya sudah jauh di atas Nissan.
Di kemudian hari Tamura merupakan sosok penting di balik kelahiran Nissan GT-R R32 dan R35.
Sementara perjalanan sejarah Nissan GT-R dimulai sejak tahun 1957 ketika Prince Motor Company memperkenalkan sebuah mobil yang diberi nama “Skyline” yang mengusung mesin empat silinder dengan daya maksimum 58 PS.
Meski kala itu pun tak terdengar istimewa namun versi ini kemudian dimodifikasi dengan mencomot mesin enam silinder segaris berkapasitas 2.0 liter dari Gloria yang sanggup memuntahkan daya maksimum 125 PS dan turun di ajang Japanese Grand Prix dengan nama Skyline 2000-GT. Versi inilah yang kemudian di tunggangi oleh Yoshikazu Sunako dan pada lap ketujuh sempat mempecundangi Porsche 904GTS. Momen inilah sebenarnya yang menjadi tonggak sejarah melegendanya nama Nissan Skyline di belantara otomotif dunia.
Pada tahun 1966 Prince Motor Company melakukan merger dengan Nissan dan seorang insinyur bernama Dr. Shinchiro Sakurai didaulat sebagai penanggung jawab pengembangan Skyline 2000-GT. Maka tak mengherankan jika Sakurai selanjutnya banyak dikenal sebagai “Skyline no chichi” atau the father of the Skyline.
Di bawah kepemimpinan Sakurai ini pulalah nama Nissan GT-R pertama kali digunakan. Evolusinya sendiri kala itu lagi-lagi masih sangat sederhana. Sakurai memulai debut GT-R dengan menempatkan mesin enam silinder berkapasitas 2.0 liter ke dalam sebuah sedan biasa, mesin ini selanjutnya diberi kode GR8. Meski awalnya adalah sedan empat pintu biasa namun pada tahun 1971 desainnya berubah menjadi coupe dua pintu dan mulai mendominasi ajang balap touring pada masanya. Sosok Hakosuka ini pulalah yang pada tahun 1972 memikat hati Hiroshi Tamura di sirkuit Fuji Speedway.
Perjalanan Nissan Skyline GT-R sama sekali tidak mulus, setelah mengalami pasang pada generasi pertama ternyata hambatan berupa krisis minyak global menghantui generasi keduanya. GT-R generasi kedua yaitu KPGC110 yang akrab disebut sebagai Nissan “Kenmeri” sebagai efek dari iklan komersialnya yang menggambarkan sosok sepasang muda-mudi bernama Ken dan Mary sedang menjelajahi jalanan pedesaan di dalam kabin Nissan Skuline ini hanya diproduksi sebanyak 197 unit.
Perubahannya pun tak begitu signifikan dari “Hakosuka”, kecuali fakta bahwa disinilah untuk pertama kalinya Nissan GT-R mengadopsi rem cakram pada keempat rodanya. Ubahan lainnya yang bersifat minor bisa dilihat pula pada desain eksterior, kesamaan Kenmeri dan Hakosuka masih relatif kental.
Namun di kemudian hari justru jumlah produksinya yang sangat minim itulah Nissan Skyline KPGC110 “Kenmeri” banyak diburu oleh para kolektor di masa kini.
Nissan Skyline baru muncul kembali sekitar enam belas tahun sejak era Kenmeri. Mobil yang muncul pada tahun 1984 dengan nama Nissan Skyline 2000 RS-X memang bukan bagian dari DNA GT-R, namun keberadaannya tetap memiliki peran terhadap sejarah perjalanan panjang Nissan GT-R sendiri. Karena bukan bagian langsung dari generasi GT-R maka Skyline 200 RS-X bukan pula merupakan generasi ketiga dalam sejarah Nissan GT-R.
Dengan mengandalkan mesin Turbo empat silinder berkapasitas 2.0 liter Nissan Skyline 2000 RS-X mampu menghasilkan daya maksimum 200 PS yang terbilang istimewa di era tahun 80-an. 2000 RS-X ini sekaligus menandari berakhirnya era tangan dingin Sakurai, sebab tongkat estafet bersejarah ini selanjutnya beralih ke tangan Naganori Ito. Lagi-lagi pada dekade kepemimpinan Naganori Ito ini Skyline kembali menghadapi masa surut terkait krisis finansial yang dihadapi oleh Nissan dan berpengaruh pula pada prestasi mereka di lintasan balap.
Sebutan “Godzilla” sendiri baru muncul di era GT-R generasi ketiga yaitu R32. Nissan Skyline GT-R R32 menjadi tonggak beberapa catatan penting dalam sejarah GT-R. Pertama adalah fakta bahwa R32 merupakan proyek pertama dibawah komando Hiroshi Tamura, kedua lewat R32 ini pulalah untuk pertama kalinya Nissan GT-R dijual di luar Jepang diawali dari Australia dan menyusul negara lain di kemudian hari. Dan ketiga tentu saja untuk pertama kalinya Nissan GT-R mendapat sebutan “Godzilla”
Sebutan itu muncul pertama kali dari sebuah media otomotif asal Australia setelah Nissan Skyline GT-R R32 berlaga di ajang balap kebanggaan bangsa Australia yaitu Australian Touring Car Championship dan menyingkirkan sang penguasa podium sebelumnya Ford Sierra Cosworth. GT-R R32 kemudian memenangkan Bathurst Classic di tahun 1991 dan 1992.
Dominasi Nissan GT-R di Group A kala itu bahkan disamakan dengan dominasi Audi Quattro di ajang Rally Group B.
Dominasi Nissan Skyline GT-R R32 ini bahkan memaksa gelaran JTCC harus melakukan pengkajian ulang terhadap Group yang sudah ada. Sepanjang tahun 1989 hingga 1993 R32 memenangkan 29 race dari 29 start yang sekaligus membuat mereka memborong gelar juara sepanjang era tersebut. Bahkan setelah Group Super Touring dan GT500 dipecah pun mobil yang sama masih mendominasi. Antara tahun 1991 hingga 1997 GT-R R32 pula yang mendominasi seri N1 Super Taikyu dengan memenangkan 50 lomba dari 50 kali start.
Catatan penting lain terkait era Skyline GT-R R32 adalah untuk pertama kalinya Tamura mengaplikasikan teknologi ATTESSA yang mendistribusikan massa secara sempurna pada keempat rodanya dan masih menjadi kunci sukses hingga era Nissan GT-R 35 saat ini.
Generasi keempat Nissan GT-R muncul pada tahun 1995 dalam wujud Nissan GT-R R33 yang dikenal sebagai “Kenmeri II”. Perubahannya sendiri tidaklah signifikan dibanding R32, kecuali ubahan desain eksterior yang membuatnya tampak sedikit lebih kalem dibanding pendahulunya.
Meski tampilannya dibuat lebih kalem namun tidak demikian halnya dengan performa, terutama setelah Nismo menurunkan tangan dinginnya dengan melakukan bore-up terhadap mesinnya hingga output yang dihasilkan membengkak menjadi 400 PS dan 500 PS. Beberapa polesan lain terkait dengan performa pengereman dan aerodinamika.
Berbeda dengan saudara-saudaranya, nama Nissan Skyline GT-R R33 ini tidaklah terlalu bersinar dan dengan cepat terkubur oleh kejayaan masa lalu R32 serta penerusnya R34.
Nissan Skyline GT-R R34 yang adalah generasi kelima GT-R sekaligus generasi terakhir Nissan Skyline meroket reputasinya semenjak disertakan sebagai salah satu mobil dalam film layar lebar “The Fast & The Furious”. Bukan hanya terakhir kalinya nama “Skyline” disandang namun juga untuk terakhir kalinya Nissan menawarkan transmisi manual untuk seri GT-R.
Menariknya meski hanya diproduksi dengan setir di sebelah kanan namun saat ini GT-R R34 banyak diminati di Amerika Utara terutama Kanada yang mengijinkan proses impornya secara legal meski tidak secara resmi dimasukkan oleh APM. Konon harga termurah Nissan Skyline GT-R R34 ini di Kanada bisa mencapai setidaknya $108,500.
Versi Nismo Z-Tune GT-R R34 sendiri hanya diproduksi sebanyak 20 unit dan dibanderol ratusan ribu dolar saat ini. Dapur pacu enam silinder segaris berkapasitas 2.8 liter yang digendongnya mampu menghasilkan daya maksimum hingga 500 PS pada 8000 rpm. Kecepatan maksimal yang mampu diraihnya sanggup mencapai 320 km/jam.
Generasi keenam Nissan GT-R mungkin adalah yang paling tidak asing bagi lebih banyak audience terutama generasi yang lebih muda. Seperti sudah disebut pada awal artikel bahwa kehadirannya merupakan tonggak kebangkitan kembali nama besar Nissan setelah sempat nyaris kolaps.
Kali ini ambisi besar Nissan begitu kental, bukan hanya ingin mendominasi Jepang dan negara-negara lain di sekitarnya namun lewat “Mecha Godzilla” ini Nissan ingin mendominasi dunia, berhadapan dengan Ferrari, Lamborghini, McLaren dan nama-nama besar lain.
Nissan GT-R R35 versi Nismo dibekali dapur pacu yang sanggup menghasilkan daya maksimum hingga 600 PS dan menghantarkan Supercar ini untuk berakselerasi 0-100 km/jam hanya dalam waktu kurang dari tiga detik dengan sangat mudah. Pada sebuah wawancara Hiroshi Tamura kembali menyebutkan bahwa distribusi massa yang sempurna pada GT-R R35 –lah yang menjadi kunci performa Sang Godzilla hingga sanggup menekuk Ferrari dan Lamborghini yang harganya berkali-kali lipat lebih mahal.
Lewat Mecha Godzilla ini pulalah Nissan mulai secara tersirat menunjukkan minatnya untuk kembali ke ajang LeMans dalam waktu dekat. Setidaknya demikian keyakinan Motohiro Matsumura yang kini didaulat sebagai COO di Nismo.