Pangsa pasar VW Golf di Indonesia mungkin memang sangat terbatas karena berbagai faktor salah satunya adalah faktor harga. Namun secara global mobil rakyat ini memiliki reputasi sebagai mobil hatchback yang efisien, terjangkau sekaligus reliable. Bahkan sampai saat ini mobil keluaran Volkswagen itu masih menjadi tolok ukur untuk kategori hatcback kelas B.
Tak diragukan bahwa VW Golf adalah fenomena tersendiri dalam sejarah otomotif dunia. Sebuah legenda yang sukses bertransformasi dan bertahan hingga hari ini. Lantas apakah yang menjadikan sebuah merek atau model tertentu bisa menjadi sebuah fenomena seperti Volkswagen Golf? Desainnya? Harganya? Kualitasnya? Atau merek itu sendiri?
Beberapa tahun yang lalu situs berita North Shore News pernah memuat artikel mengenai VW Golf, dan pada artikel tersebut penulisnya setengah berkelakar bahwa VW Golf mungkin akan menjadi satu-satunya mobil yang masih akan ada sampai kiamat. Meski terdengar sebagai candaan namun melihat sepak terjang dan transformasi Golf dari tahun ke tahun tampaknya hal itu sangat mungkin terjadi.
Namun alih-alih memprediksi masa depan VW Golf yang belum pasti dan perjalanannya yang masih sangat panjang alangkah lebih pasti jika kita menengok ke belakang, menilik sejarah VW Golf sambil mengagumi kesuksesan transformasinya dari generasi ke generasi.
Sebagian besar maniak otomotif pasti sudah paham bahwa kelahiran cikal bakal VW Golf merupakan hasil dari keputusan politik pada masa itu dan tak bisa dipisahkan dari nenek moyangnya: VW Beetle.
Bertahun-tahun silam seorang bernama Mussolini yang kini mungkin lebih dikenal sebagai salah satu sosok antagonis dalam sejarah dunia bertekad untuk menciptakan sebuah warisan yang akan selamanya dikenang oleh dunia.
Bagi banyak orang sosok Mussolini adalah sosok penuh kontroversi, kekelaman dalam sepak terjang semasa hidupnya memang tak bisa dipungkiri. Namun pada sisi lain siapapun harus mengakui bahwa dirinya adalah seorang pemimpin yang sangat visioner, sebuah kualitas yang tak banyak dimiliki oleh pemimpin masa kini.
Bertahun-tahun kemudian di belahan dunia yang berbeda seorang pemuda jenius sekaligus ambisius menjadikan sosok Mussolini sebagai idolanya. Seorang pemuda yang kemudian terjuan ke dunia politik ini pada saat yang sama juga adalah penggemar otomotif yang mengidolakan Henry Ford.
Belajar dari kehidupan, pandangan politik serta ajaran Mussolini, dalam benak sang pemuda jenius dan ambisius ini muncul sebuah ide. Andaikata saja dirinya mampu mewujudkan impian banyak orang (common people) mengenai alat transportasi yang murah namun layak maka ia yakin dirinya bakal mampu merebut hati rakyat. Mungkin pemikiran ini pulalah yang menjangkiti para pemimpin kita saat membuat kebijakan LCGC…
Well,… ya… pemuda itu tak lain adalah sosok kontroversial dan tokoh di balik sejarah gelap dunia lainnya yaitu Hittler. Lebih dari yang dilakukan oleh Mussolini terhadap sistem perkereta-apian di Italia, Hittler ingin alat transportasi itu dimiliki oleh rakyat, individu per individu.
Gayung pun bersambut, sebab pada era yang bersamaan di bidang yang lain lahirlah sosok jenius di bidang permesinan, Ferdinand Porsche yang sedang memulai usahanya sebagai konsultan bagi Auto Union dan Daimler-Benz. Meski usahanya relatif baru, namun reputasi dan nama besarnya meroket dengan cepat.
Hittler sendiri pada akhirnya mempresentasikan idenya pada gelaran Berlin Auto Show di tahun 1933, dan seperti yang diyakini olehnya ide itu mendapat sambutan positif dari masyarakat. Rakyat yang kala itu tidak melihat agenda di belakang ide tersebut beranggapan bahwa pemikiran Hittler ada sebuah kemurahan hati yang mendengar harapan masyarakat selama ini agar kendaraan pribadi bukan monopoli kalangan berduit saja.
Dalam rangka merealisasikan ide tersebut Hittler pun mengundang Ferdinand Porsche dalam sebuah pertemuan di Hotel Kaiserhof pada musim panas setahun kemudian. Saat itu sang calon diktator sudah memberikan syarat spesifik bahwa harga mobil tersebut tak boleh lebih dari 1000 Reichsmarks (mata uang Jerman kala itu) dan mampu setidaknya mengangkut dua penumpang dewasa dan tiga anak-anak.
Lebih spesifik lagi Hittler mensyaratkan mobil rakyat tersebut harus mampu melaju dengan kecepatan 96 km/jam dengan konsumsi BBM kurang lebih 13 km/liter. Prasyarat tersebut tentu saja dianggap mustahil oleh sebagian besar orang kala itu, namun tidak demikian dengan Porsche.
Satu hal yang kala itu tidak diketahui oleh Hittler adalah bahwa Ferdinand Porsche sudah memiliki sebuah prototype mobil berukuran kompak bernama Volksauto yang dibuatnya setahun sebelum Hittler mempresentasikan ide tersebut di Berlin.
Spesifikasi Volksauto hampir sesuai dengan apa yang disyaratkan seperti penempatan mesin di belakang dan berpendingin udara.
Satu-satunya alasan Porsche tidak memproduksi purwarupa tersebut adalah alasan biaya produksi. Jadi bisa dilihat bagaimana kedua orang berbeda visi dan latar belakang tersebut seolah seperti saling menemukan satu sama lain secara tidak terencana.
Hanya dalam selang waktu setahun (1935) Porsche sudah memodifikasi Volksauto dan mewujudkan prototype siap produksi sesuai spesifikasi yang disyaratkan oleh Hittler. Pada tahun itu pula Porsche berangkat ke Amerika Serikat untuk mempelajari proses produksi serta model dari beberapa pabrikan otomotif di sana termasuk Ford.
Namun pada saat Porsche siap masuk ke tahap produksi Hittler mulai menampakkan agenda sebenarnya. Alih-alih menerima masukan Porsche mengenai proses produksi yang ideal sebagaimana dia pelajari berdasar pengalamannya di AS, Hittler justru melakukan perekrutan dengan caranya sendiri. Proses produksi dikawal oleh militer yang menerapkan aturan waktu produksi ketat. Hittler hanya peduli mobil tersebut segera beredar sehingga agenda berikutnya bisa segera dieksekusi pula.
Alih-alih sebagai mobil rakyat pada akhirnya VW Beetle yang menjadi cikal bakal VW Golf itu diubah menjadi mesin perang yang sanggup melewati berbagai medan panas, dingin, termasuk menerobos kubangan lumpur.
Fasilitas produksinya sendiri kemudian mempekerjakan para tawanan perang yang saat itu berjumlah sekitar 12.000 orang.
Sejarah Perjalanan VW Pasca PD II
Baru setelah berakhirnya Perang Dunia II Volkswagen kembali pada tujuannya semula sebagai mobil rakyat sebagaimana diharapkan oleh publik kala itu.
Di bawah pengawasan pihak Inggris yang menempatkan Mayor Ivan Hirst sebagai penanggung jawabnya proses produksi mobil rakyat itu dimulai pada tahun 1946. Mula-mula mobil ini dijual di pasar Jerman sendiri sebelum akhirnya merambah ke negara-negara lain di Eropa. Popularitasnya pun kemudian sampai ke AS setelah para tentara AS yang bergabung dengan Sekutu di PD II kembali ke tanah airnya. VW Beetle sekaligus mencatatkan diri sebagai mobil pertama yang diproduksi sebanyak 1 juta unit di Eropa.
Sukses melepaskan dirinya sebagai bagian dari sejarah gelap dunia dengan kampanye pemasaran yang jitu menjadikan Volkswagen pada akhirnya sukses menjual mobil pertamanya sebanyak 21 juta unit. Bahkan insiden kebakaran pada tahun 1949 pun tak membuat popularitas mobil VW menjadi surut.
Saat proses produksi dihentikan pada tahun 1978 masih banyak mobil-mobil VW berlalu lalang di jalanan. Salah satu fakta yang jarang diketahui oleh publik hingga saat ini adalah meskipun pusat fasilitas produksi Volkswagen berhenti beroperasi namun ada sebuah fasilitas produksi lainnya di Meksiko, tepatnya di Puebla yang terus memproduksi mobil-mobil VW. Totalnya berjumlah 20 juta unit.
Volkswagen sendiri mulai melakukan debut comeback-nya pada tahun 1998.
Sejarah Lahirnya VW Golf
Lahirnya VW Golf dilatarbelakangi keyakinan Volkswagen untuk masuk ke niche baru berupa sport hatchback pada tahun 1974. Memang kala itu Mini sudah lebih dulu memproduksi kategori serupa, hanya saja performa handling-nya masih belum memenuhi ekspektasi.
Tahun 1976 adalah tahun resmi kelahiran VW Golf GTI bersamaan dengan kelahiran fenomena-fenomena lain dalam sejarah dunia yaitu penerbangan pertama pesawat Concorde, kelahiran pertama komputer Apple dan tentu saja penerbangan pesawat luar angkasa pertama milik NASA.
Hanya dalam waktu singkat VW Golf GTi memenangkan hati konsumen lewat desain eksterior maupun interior yang mengagumkan untuk sebuah tolok ukur di masa itu. Bukan hanya itu mesin VW Golf pun terkenal efisien dan mudah dirawat dibanding mobil-mobil sejenis yang ada di jamannya.
Sebagai mobil yang terkenal paling irit, efisien dan bandel kala itu konsumen VW Golf menjadi sangat beragam mulai dari mahasiswa dengan uang hasil dari pekerjaan paruh waktu, pekerja kantoran biasa, para eksekutif hingga istri-istri pengusaha berkantong tebal. Visi menjadikan VW Golf sebagai mobil rakyat pun benar-benar tercapai pada era tersebut.
Pada perkembangannya popularitas VW Golf maupun mobil buatan VW pada umumnya makin meroket karena lahirnya berbagai klub otomotif yang dibentuk oleh para pecinta merek tersebut. Jauh sebelum era VW Golf MkVII di Indonesia sendiri cukup banyak berseliweran VW Golf generasi sebelumnya sejak tahun 80-an yang sebagian masih bertahan hingga hari ini.
Banyak dari mobil-mobil tersebut yang sampai sekarang masih dipertahankan oleh pemiliknya, konon kecintaan terhadap VW Golf bersifat adiktif yang membuat pemiliknya ketagihan. Tak heran jika beberapa pemilik VW Golf GTS model tahun 80-an masih mempertahankan miliknya meski sudah memiliki VW Golf MkVII.