Walau demikian ternyata pihak Mazda sendiri masih terus menggali dan mengembangkan potensi Skyactiv tersebut. Jika saat ini Anda mendengar bahwa Skyactiv bakal setara dengan Turbo tentu sebagian besar dari Anda takkan percaya. Tapi tidak demikian halnya menurut keyakinan Mazda. Saat ini mesin Skyactiv memiliki kompresi 14:1 namun sang pemilik teknologi mengaku bahwa lewat manajemen siklus pembakaran mereka bakal mampu meningkatkan rasio mesin Skyactiv tersebut menjadi 18:1 dalam waktu beberapa tahun mendatang.
Dengan mengadopsi prinsip kerja yang hampir mirip dengan mesin Diesel, Mazda mengaku bahwa mesin Skyactiv mendatang bakal mampu memilii kompresi tinggi sekaligus mengurangi kebutuhan akan busi. Mazda sendiri saat ini menyebut teknologi tersebut dengan nama HCCI (homogenous charge compression ignition technology).
Lewat HCCI ini Mazda sedang mengkaji upaya untuk mengurangi terbuangnya panas melalui sistem pembuangan yang menurut mereka saat ini bertanggung jawab atas terbuangnya sekitar 30% energi secara cuma-cuma alias tak dimanfaatkan. Sayangnya pabrikan yang terkenal dengan tagline “Zoom Zoom” ini tak bersedia memberi bocoran lebih banyak lagi. Mereka hanya memastikan bahwa teknologi ini akan diadopsi pertama kali pada Mazda CX-5 generasi mendatang.
Terdengar menjanjikan memang, namun pada sisi lain negara-negara berkembang dan Dunia Ketiga termasuk Indonesia hingga sekarang masih berhadapan dengan kualitas BBM yang kurang layak, belum lagi nilai oktan rendah. Karena itu sejauh ini janji-janji akan potensi Skyactiv sekedar enak didengar secara teoritis. Kalaupun benar-benar diwujudkan pada Mazda CX-5 generasi mendatang apakah teknologi yang sama juga akan diusung untuk produk yang dilepas di Indonesia dan negara berkembang lainnya?